Meminta Bantuan Para Dewa, Kakak se-Dhamma kita
Banyak sekali umat Buddha terutama yang simpatisan yang sering bertanya “ kepada siapa sih kita meminta bantuan jika konsep Tuhan kita bukanlah mahkluk, i.e Nibbana yang tak terkondisi ? “ mungkin bagi umat Buddha yang sudah advance dan memahami Dhamma Sang Buddha beserta hukum karma tidak akan pernah menanyakan hal ini tetapi bagi mereka yang masih beginner atau bagi mereka yang praktek agama berdasarkan keyakinan dan upacara, pasti banyak dari mereka yang menanyakan pertanyaan ini. Pernah ada beberapa umat yang merasa “ iri “ sebab di agama lain ada sesosok “ Tuhan “ yang baik yang dapat menolong mereka sedangkan di agama Buddha tidak ada.
Pandangan ini sebenarnya tidak sepenuhnya benar. Kita sebagai umat Buddha seharusnya merasa beruntung karena kita memiliki banyak teman para dewa yang mengenal Guru Agung kita. Belum lagi Guru Agung kita adalah guru para dewa dan manusia. Guru Agung kita tidak hanya mengajar di alam manusia melainkan di alam surga juga. Di kisahkan pula di Buddha Vamsa, Para dewa di surga bahkan memiliki balai agung Sudhamma di surga Tavatimsa, tempat mereka berdiskusi Dhamma. Mereka di surga Tavatimsa juga memiliki cetiya Culamani tempat rambut relik Sang Buddha di semayamkan. Di alam Brahma Akanittha pun terdapat cetiya Dussa di mana pakaian Sang Buddha menjadi petapa di tempatkan. Brahma yang luhur saja menghormati Guru Agung kita dan memohon petunjuk dari Guru Agung. Oleh karena inilah kita selayaknya memiliki keyakinan atau saddha yang kuat kepada Guru Agung kita.
King of Devas Sakka and Brahma give reverence to the Blessed One |
Pandangan ini sebenarnya tidak sepenuhnya benar. Kita sebagai umat Buddha seharusnya merasa beruntung karena kita memiliki banyak teman para dewa yang mengenal Guru Agung kita. Belum lagi Guru Agung kita adalah guru para dewa dan manusia. Guru Agung kita tidak hanya mengajar di alam manusia melainkan di alam surga juga. Di kisahkan pula di Buddha Vamsa, Para dewa di surga bahkan memiliki balai agung Sudhamma di surga Tavatimsa, tempat mereka berdiskusi Dhamma. Mereka di surga Tavatimsa juga memiliki cetiya Culamani tempat rambut relik Sang Buddha di semayamkan. Di alam Brahma Akanittha pun terdapat cetiya Dussa di mana pakaian Sang Buddha menjadi petapa di tempatkan. Brahma yang luhur saja menghormati Guru Agung kita dan memohon petunjuk dari Guru Agung. Oleh karena inilah kita selayaknya memiliki keyakinan atau saddha yang kuat kepada Guru Agung kita.
Sebenarnya kita boleh-boleh saja meminta bantuan dari para dewa teman-teman sedhamma kita sebab bodhisatva saja juga sering di bantu oleh para dewa. Namun perlu di tekankan bahwa hal ini harus di lakukan dengan pandangan yang benar dan pengetahuan Dhamma yang jelas. Jangan hanya seenaknya meminta-minta apalagi menggantungkan hidup kita dengan para dewa atau sosok-sosok lain yang jelas telah melenceng dari Dhamma.
Belajarlah Paticcasamupada dan Hukum Karma sebelum membaca artikel ini!
Pertama tentu kita harus memahami tentang hukum karma dan Paticcasamupada. Bahwa segala sesuatu yang kita lakukan entah baik atau buruk akan menghasilkan buah. Segala sesuatu yang muncul pasti di sebabkan oleh sesuatu. Dengan memahami kedua hukum ini, seseorang mengerti bahwa walau seseorang meminta bantuan para dewa, semua itu adalah juga hasil dari buah karma baik mereka. Para dewa tidak mampu merubah hukum karma tetapi mereka dapat mengkondisikan supaya buah karma seseorang berbuah. Hal ini sama seperti sebuah biji. Jika biji kecil di tanam di tanah yang subur dan di pupuk maka buahnya akan besar. Demikian sebaliknya biji yang besar yang mudah tumbuh bisa tidak dapat berbuah jika di tanam di tanah yang gersang.
Hal lain yang perlu kita ketahui sebelum meminta bantuan para dewa adalah kita harus paham bahwa permintaan kita janganlah yang berakarkan oleh keserakahan, kesombongan, dan kebencian. Sebab hal ini akan membuat kita lengah dan jauh dari Dhamma. Semakin kita meminta atas dasar keserakahan, semakin pula kesadaran kita ternodai oleh lobha yang membuat kita terjatuh dan tidak sesegera dapat meraih kesucian. Oleh karena inilah mengapa sangat jarang bagi mereka yang kuat Dhammanya untuk berdoa dan meminta-minta pada “ sosok “ yang di agung-agungkan. Karena hal ini dapat menjerumuskan seseorang dan tidak sesegera meraih kesucian.
Umat Buddha yang mata Dhamma nya kuat akan memiliki saddha yang kuat berserta kebijaksanaan, yakin bahwa hanya karma baiknya dan Dhammalah yang melindungi dan bila ada suatu musibah yang menimpa mereka atau cita-cita mereka belum tercapai, mereka akan memahami tentang hukum anicca atau ketidakekalan. Dengan demikian batin mereka akan tenang kembali dan mereka akan berjuang terus dengan Dhamma mereka.
Namun karena Dhamma ini sulit di pahami dan terkadang banyak orang yang masih menginginkan “ sosok “ untuk di mintai bantuan agar batin mereka tenang, mereka dapat pula meminta bantuan dengan pandangan yang benar dan “ sosok “ yang tepat. Yang di maksud sosok yang tepat ini adalah dewa yang mengenal Dhamma. Seperti yang di jelaskan di post “ mengenal mahkluk petta, “ tidak semua dewa baik maka tentu kita harus memilih kepada siapa kita akan meminta bantuan. Kita tentu tidak ingin meminta bantuan kepada dewa yang jahat yang dapat mencelakai kita.
Salah satu sosok yang bisa kita mintai bantuan adalah Raja para Dewa Sakka, kakak se-Dhamma kita sekaligus *ariya sangha yang kita hormati. Beliau adalah seorang sotapanna dan siswa Sang Buddha. Sudah pasti bahwa beliau adalah sosok dewa yang baik dan tidak akan menjerumuskan kita untuk jauh dari Dhamma. Kita pun juga bisa menghormati beliau karena beliau telah menjadi seorang ariya. Sosok lainnya adalah Santusita dewa yang merupakan ibu Guru Agung kita di kehidupan sebelumnya. Beliau juga di ceritakan telah menjadi seorang Ariya ketika Sang Buddha membabarkan Abhidhamma kepada beliau. Ada banyak sekali para dewa yang merupakan kakak sedhamma kita dan banyak dari mereka patut kita hormati sebab mereka adalah ariya sangha berikut sebagian yang di jelaskan dalam kitab Buddhavamsa:
*Ariya pugala: mahkluk yang telah mencapai magga dan phala (meraih kesucian) dan kesadarannya berdasarkan lokuttara citta dengan objek Nibbana.
- · Dewi Bhujati, istri Raja dewa Vesavanna, seorang anagami
- · Hartawan Anathapindika seorang sotapanna yang terlahir di Tavatimsa. Beliau dulu adalah seorang upasaka utama Sang Buddha yang kemudian terlahir kembali di Tavatimsa
- · Visakha seorang sotapanna yang menjadi permaisuri raja dewa nimanarati. Beliau dulu adalah penyokong Sang Buddha dan seorang upasika
- · Yakkha Alavaka, seorang sottapana yang pernah di sadarkan oleh Sang Buddha dan berhasil mencapai tingkat kesucian.
https://www.accesstoinsight.org/tipitaka/dn/dn.20.0.piya.html
Ketika kita umat Buddha meminta bantuan dari para dewa, kita tidak seharusnya menuntut mereka untuk memberi kita, melainkan kita mengatakan “ semoga “ sebab keberhasilan dari doa atau permintaan kita kepada para dewa adalah berkat karma baik kita sendiri. Tanpa ada benih buah karma baik dari kita para dewa tidak dapat berbuat apa-apa. Selain itu sebelum meminta kepada mereka, kita hendaknya berbuat baik dahulu dan mengatakan “ semoga atas kebaikan yang telah saya lakukan para dewa membantu saya... “ sama seperti rumusan ettavata pattidana paritta. Dengan demikian para dewa akan senang membantu kita dan pasti akan melindungi kita oleh sebab perbuatan baik kita.
Patung Dewa Brahma yang di hormati di Thailand |
Apakah meminta bantuan para dewa sama seperti berhala?
Penyembahan Berhala: Menggantungkan diri pada sosok lain atau objek, tidak mengenal Dhamma dan Hukum Karma, Memohon-mohon atas dasar keserakahan. |
Pasti banyak umat Buddha yang trauma sebab banyak di kata-katai umat beragama lain sebagai PENYEMBAH BERHALA terutama ketika melihat cara kita bernamaskara dan bersujud di rupam Buddha. Sebenarnya kita umat Buddha bukanlah penyembah berhala sebab kita tidak menggantunggkan hidup kita kepada siapapun termasuk kepada Sang Buddha. Kita tidak pernah di ajari untuk meminta-minta maupun menyembah Sang Buddha. Bersujud hanyalah salah satu gestur yang lazim pada jaman dulu untuk menghormat pada orang yang lebih tua dan berjasa sekaligus menunjukan rasa rendah hati kita. Ketika kita bersujud, kita menghormat kepada Guru Agung kita karena beliau telah dengan welah asih berjuang dalam waktu 4 asankheya kalpa dan 100 ribu kalpa lamanya hanya demi membabarkan Dhamma bagi kita supaya kita bisa terbebas dari samsara. Demikian sudah sewajarnya kita menghormat Guru Agung kita bahkan kepada orang tua pun kita harus menghormat.
Waktu kita meminta bantuan para dewa yang adalah kakak sedhamma kita, kita tidak bisa di katakan BERHALA sebab sebelum melakukannya kita memiliki pandangan yang benar mengenai Dhamma dan hukum karma. Ini seperti kita meminta bantuan kepada teman kita, tentu hal ini sah-sah saja dan bergantung pada karma kita. Bila di perlukan kita juga sudah sewajarnya berbuat baik dan melimpahkan kebaikan ini kepada para dewa sebagai wujud terima kasih kita jika mereka memang telah membantu kita. Seperti yang di katakan sebelumnya kita juga sudah sepatutnya menghormati para dewa kakak sedhamma kita yang seorang ariya.
Sekali lagi, walaupun tidak apa-apa untuk meminta bantuan pada para dewa yang mengenal Dhamma, hal ini sebaiknya di hindari sedikit mungkin karena bisa menimbulkan ketagihan dan keserakahan yang meningkat. Ini hanya di maksudkan dalam keadaan tertentu seperti ketika kita dalam bahaya maupun meminta sesuatu demi kebahagiaan banyak orang. Lebih baik kita harus terus berjuang memahami Dhamma dan hukum karma sehingga kita bisa menerima keadaan apapun hidup kita. Memahami bahwa dunia ini adalah tidak kekal, tanpa inti, dan dukkha jauh membawa ketenangan yang lebih besar dari pada memohon pada “ sosok “ lain.
Sang Buddha mengatakan dunia ini tidaklah lebih dari 5 aggregat pembentuk lalu mengapalah kita harus melekati dunia ini? Dunia ini pula adalah penderitaan karena sifat ketidakkekalannya, lantas mengapa kita masih melekati dunia ini? memenuhi kebutuhan hidup adalah kewajiban karena kita terlahir di alam manusia. Tetapi hendaknya dalam memenuhi kebutuhan hidup dan mengumpulkan kekayaan, kita harus bijaksana, jangan sampai terjerumus dalam lobha, dosa, dan moha. Yang terpenting kelahiran sebagai manusia harus di manfaatkan untuk berlatih Dhamma dan mengumpulkan Paramita dengan demikian kelak seseorang bisa sesegera mungkin merealisasi Nibbana.
Sang Buddha mengatakan dunia ini tidaklah lebih dari 5 aggregat pembentuk lalu mengapalah kita harus melekati dunia ini? Dunia ini pula adalah penderitaan karena sifat ketidakkekalannya, lantas mengapa kita masih melekati dunia ini? memenuhi kebutuhan hidup adalah kewajiban karena kita terlahir di alam manusia. Tetapi hendaknya dalam memenuhi kebutuhan hidup dan mengumpulkan kekayaan, kita harus bijaksana, jangan sampai terjerumus dalam lobha, dosa, dan moha. Yang terpenting kelahiran sebagai manusia harus di manfaatkan untuk berlatih Dhamma dan mengumpulkan Paramita dengan demikian kelak seseorang bisa sesegera mungkin merealisasi Nibbana.
Marilah kita berjuang dalam Dhamma untuk menuju ke jalan kesucian dan menyebrang ke pantai sebrang ( Nibbana )
Ikuti post selanjutnya tentang kisah para Dewa, kakak se-Dhamma kita.
Ikuti post selanjutnya tentang kisah para Dewa, kakak se-Dhamma kita.
Sayadaw Mingun. October 2006.The Great Chronicle of Buddhas: volume two-part one. TI=NI Publishing Center.
By Dhammadina A.
By Dhammadina A.
Permainan Toto Online Terbesar dan Terpercaya se Asia Tenggara
BalasHapusArena Togel Rajatoto
berani menyediakan permainan taruhan online, dikenal sebagai bandar indo terpercaya.
website terpercaya agen toto Rajatoto
Legendatogel Siap layani sobat bettor 24 jam nonstop
#rajatoto #sahabattoto #totojitu #bandartogel