Jangan Meremehkan Perbuatan Buruk walaupun Kecil


Di era modern ini banyak orang yang kurang “ sadar “ akan bahayanya melakukan perbuatan buruk yang kecil. Hal ini banyak sekali di lakukan oleh para remaja, muda2 dan mahasiswa. Banyak dari mereka mudah menertawakan orang lain yang kesusahan (walaupun hanya bergurau). Ada pula yang mengumpat ketika mengalami suatu kejadian buruk. Perbuatan seperti ini dalam masyarakat sudah di anggap hal yang normal dan bukan kejahatan. Padahal, jika di lihat dari sisi hukum karma, betapa mengerikan perbuatan buruk itu walaupun kecil yang bisa menghasilkan buah karma buruk yang besar.
Dalam Buddha Vamsa, di ceritakan bahwa sebelum menjadi Buddha, Bodhisatva pernah melakukan perbuatan buruk yang remeh yaitu beliau bergembira ketika melihat ikan-ikan hasil tangkapan teman beliau mati dan menderita (beliau sendiri tidak menangkap dan membunuhnya). Akibat perbuatan buruk yang kecil ini, walau di kehidupannya sebagai Buddha dan arahat pun, beliau masih mengalami dampak buruk dan sering merasa pusing di kepala beliau. Pernah pula Bodhisatva, di kelahiran beliau pada masa Buddha Kassapa, berpikir “ apakah mungkin seseorang seperti Buddha Kassapa bisa mencapai pencerahan?, pencerahan adalah hal yang sangat jarang bisa tercapai”. Hanya karena pikiran buruk beliau yang bahkan tidak menyakiti siapapun, menghasilkan buah karma buruk yang luar biasa; Beliau harus menjalani praktek tapa keras hingga 7 tahun lamanya sebelum mencapai pencerahan akhir.

Kisah lain adalah Kisah Ambapali, seorang pelacur pada jaman Buddha. Di ceritakan bahwa beliau terlahir sebagai pelacur dan transgender lebih dari 1 kehidupan di karenakan hanya 1 kesalahan kecil yang beliau lakukan. Beliau pada masa lampau pernah menjadi bhikkuni dan secara tidak sadar menginjak saliva dari seorang arahat senior. Beliau tidak tau siapa pemilik saliva itu akan tetapi akibat dari ucapan buruk beliau, “ siapa pelacur yang meludah di vihara?”, Beliau harus mengalami berulang-ulang kelahiran dengan gender yang kurang baik dan kehidupan terakhir beliau bahkan menjadi pelacur.

Kisah-kisah tersebut menunjukkan betapa mengerikan suatu perbuatan buruk itu walaupun kecil, walaupun di remehkan dan hanya di lakukan dengan pikiran. Demikian hendaknya kita harus senantiasa “ sadar “ akan apa yang kita pikirkan, lakukan, dan perbuat. Pada dasarnya semua aksi kita di pimpin oleh niat (cetana) kita. Semakin kuat niat itu di lakukan, semakin besar pula buah karmanya, sebab karma adalah aksi yang di lakukan dengan niat (cetana).



Jika perbuatan karma buruk kecil berbuah buah karma buruk yang besar, lantas bagaimana dengan perbuatan baik? Jawabannya adalah sama. Jangan pula meremehkan perbuatan baik yang kecil sebab hasilnya bisa luar biasa. Tetapi tentu semuanya berawal dari seberapa kuat orang itu sendiri.
Di kisahkan pada zaman Buddha, hidup seekor katak yang tinggal di dekat vihara. Suatu hari Sang Buddha membabarkan Dhamma kepada banyak orang dan katak itu juga mendengar khotbah Sang Buddha. Katak itu tidak mengerti khotbah Sang Buddha akan tetapi dia bergembira dengan mendengarkan pembabaran Dhamma. (Katak tidak bisa mengerti Dhamma sebab dia terlahir di alam dugati bhumi. Setelah khotbah itu berlangsung, katak itu tidak sengaja tertindih kaki pengunjung vihara, kemudian katak itu mati dan terlahir kembali di surga Tavatimsa sebagai dewa dengan segala kemegahannya. Dewa itu kemudian pergi memberi hormat kepada Sang Buddha dan menceritakan kepada Beliau beserta pengunjung vihara lain, bagaimana kehidupan beliau sebagai katak bisa berubah menjadi dewa yang diidamkan banyak orang. Hanya dengan satu perbuatan baik kecil mendengarkan Dhamma seseorang bisa terlahir di alam surga.

Kisah lain adalah kisah penjual bakmi. Di Malaysia ada seorang anak miskin yang menderita. Anak miskin ini harus merawat ibunya yang sakit. Suatu hari, karena terpaksa, si anak miskin ini mencuri obat di apotik dan tertangkap. Anak miskin ini hampir di celakai oleh banyak orang sebab perbuatannya itu. Tetapi, ada bapak penjual bakmi yang membantunya dan membayari ongkos obat beserta satu bakmi kepada anak miskin itu. Si penjual bakmi secara tidak sadar melakukan perbuatan baik kecil bahkan dia meremehkan nya. Apa yang dia bisa harapkan dari memberi anak miskin?. Beberapa tahun berlalu, penjual bakmi itu suatu hari jatuh sakit dan terkena stroke. Keluarga penjual bakmi itu hampir menjual semua kekayaan untuk pengobatan beliau. Tetapi keajaibanpun muncul, buah karma baik yang kecil, dulu pernah beliau tanam berbuah. Anak miskin itu yang beliau bantu, tumbuh menjadi dokter dan membebaskan seluruh biaya pengobatan si penjual bakmi. Akhirnya bapak penjual bakmi bisa sehat kembali tanpa harus membayar biaya yang besar untuk pengobatannya.

Betapa luar biasa buah dari perbuatan baik kecil, bahkan bisa membawa seseorang menuju alam surga. Di era sekarang memang banyak orang2 baik tua maupun muda yang jarang memikirkan tentang apakah perbuatan yang mereka lakukan itu sudah baik ataukah buruk? Apakah perbuatan ini berlandaskan atas keserakahan, kebencian, atau kebodohan batin? Semoga dengan kisah2 ini dapat menginspirasi banyak orang untuk tidak meremehkan perbuatan baik maupun buruk. 



 Jangan pernah lelah berbuat baik dan jangan meremehkan perbuatan buruk kecil. Senantiasa waspada akan segala perbuatan, pikiran, dan ucapan kita dengan demikian hidup akan tentram dan damai.


By: Dhammadina A.

Komentar

  1. kunjungi blog saya juga ya terima kasih ... myknownhealth1.blogspot.com

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer